(Renungan) Pengalaman adalah Guru Terbaik
Jum'at, 2 Mei 2014 pertama kali dalam hidupku
ditinggal kedua orang tua saya pergi jauh dan tinggal dirumah bersama ketiga
adik-adikku. Kedua orangtua saya pergi ke Pulau Timah yaitu Pulau Bangka
seminggu lamanya untuk menghadiri acara reuni Telkom Bangka karena Ayah saya
dahulu bertugas di Telkom wilayah Bangka tepatnya di Pangkalpinang dan pada
Jum'at, 2 Mei 2014 Ayah dan Ibu saya pergi meninggalkan kami berempat di Jogja
dan mereka memberi uang kepadaku 1juta untuk keperluan selama ditinggal.
Pikiran saya uang 1juta untuk keperluan seminggu
bersama adik-adik akan cukup bahkan lebih namun tak disangka uang segitu sangat
pas-pasan karena setiap hari kami harus membeli makan 3x, pagi, siang,
sore/malam. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa untuk menghidupi adik-adikku
dan saya sendiri itu ternyata diluar perkiraanku dan sangatlah susah.
Pantas saja setiap kami sekeluarga makan Ayah
saya selalu mendahulukan anak-anaknya dan beliau makan seadanya dan tidak
jarang beliau makan nasi dingin agar nasi tersebut tidak mubazir. Terkadang
jika ada makanan yang bisa dibilang enak dan disukai oleh anak-anaknya beliau
selalu berkata "makan aja dulu buat kamu-kamu, Bapak gampang". Ya,
kata-kata itu yang selalu beliau ucapkan dan saat ini sayapun merasakannya yang
penting adik-adik saya kenyang dahulu baru saya makan gampang. Ternyata makna
dibalik kata-kata yang beliau ucapkan adalah orangtua sudah bahagia jika
melihat anak-anaknya senang dan kenyang. Maka dari itu sekarang saya sadar
bahwa urusan perut itu tidak usah yang terlalu enak yang penting bisa membuat
kenyang dan bertahan hidup, ya sekali-sekali bolehlah tetapi selama kita bisa
menahan keinginan kita tahanlah untuk makan/membeli makanan yang enak dan
harganya mahal karena masih banyak orang yang tidak seberuntung kita.
Pengalaman selama seminggu mengurus adik-adiku
sangat membuka pikiranku bahwa untuk mendidik anak dan berkeluarga memang bukan
hal yang mudah. Kita harus mengontrol emosi, memberikan nasehat, dan masih
banyak lagi. Dan yang pasti kita capek badan dan pikiran. Setiap hari saya
harus mengantar jemput adik saya sekolah, ya walaupun kadang gantian dengan
adik saya yang nomor 2 karena dia juga sudah besar dan mengurusi dagangan saya
sendiri dari berbelanja, menjaga warung, dan membuat bahan-bahan yang lain
sendiri. Saya tersadar bahwa mencari uang itu tidak mudah apalagi harus
membiayai sekeluarga. Saya angkat topi dengan ayah saya yang selalu mengajarkan
kesederhanaan, mencontohkan semangat hidupnya yang pekerja keras dan pantang
menyerah dan selalu taat beribadah walaupun tampang ayah saya tampang preman
tetapi ilmu keagamaannya sangat tinggi, saya bangga memiliki ayah seperti
beliau R. Eddy Soemarsono, SE. Saya ingat betul saat saya masih kecil dia juga
selalu mengajariku untuk selalu bersedekah kepada orang yang kurang mampu dan
mengajari berbagi terhadap sesama hingga saat ini pun engkau selalu memberikan
contoh untuk bersedekah. Suatu saat saya melihat beliau menyuruh adik saya
untuk memasukan uang ke kotak amal di masjid depan rumah saya dari uang yang
diberikan oleh pelanggan karena kebetulan pekerjaan ayah saya melakukan survey
terhadap pelanggan yang akan pasang baru dan di formulir tersebut selalu ada
uang yang di klip menjadi satu antara seribu sampai lima ribu, beliau mengambil
semua uang tersebut dan semua uangnya disedekahkan dan ya hal itulah yang
sangat melekat dihati saya yang sedari kecil terbiasa melakukan hal tersebut
sampai sekarang selalu melakukan apa yang dicontohkan Ayah saya.
Banyak hal yang diajarkan oleh ayah saya sebagai
kepala keluarga dan membimbing saya untuk menjadi pribadi yang baik.
Terimakasih ayah atas semua pengorbananmu terhadap keluarga dan anak-anakmu maafkan
anakmu ini jika belum bisa membuatmu tersenyum bangga, saya berjanji akan
selalu berusaha membuatmu bahagia dan bangga.
Sedangkan Ibu saya lebih ke tempat curhat dan
sharing karena jika ada masalah yang benar-benar berat saya selalu berbicara
pertama kali kepada ibu saya dan dia selalu memberikan nasehat-nasehat dan
jalan keluar yang bisa membantu saya menyelesaikan masalah. Sebagai anak tertua
saya yang selalu diandalkan oleh ibu saya, mulai dari membantu mengerjakan
pekerjaan rumah seperti mencuci baju, menjemur baju, dan sering juga saya
membantu ibu memasak. Dari ibulah saya bisa sedikit-sedikit memasak ya walaupun
kalau memasak selalu dan selalu bertanya bahan yang dibutuhkan seberapa. Terkadang
juga ibu sering ngomel-ngomel cerewet karena saya sering ngeyel dan susah
disuruh. Maaf mom kalau saya sering ngeyel dan tidak menuruti kata-katamu.
Dari pengalaman ini saya belajar bahwa semua hal
butuh perjuangan dan pengorbanan. Semoga dengan pengalaman ini saya bisa
menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan bisa berguna bagi orang lain. Bukan perkara
bisa atau tidak bisa tetapi mau atau tidak mau, kalau kita mau kita akan bisa
karena kita bisa karena terbiasa dan terbiasa itu timbul dari rasa mau kita
melakukan sesuatu. Kalau kita tidak mau kapan kita akan terbiasa dan bisa
melakukan sesuatu.
Besok Senin, 2 Juni 2014 kedua Orangtua saya akan pulang kembali ke Jogja. Sebenarnya kepulangan mereka berdua direncanakan hari Jum'at, 30 Mei 2014 tetapi mereka diajak kerabat untuk mampir ke Bandung dulu karena kebetulan juga mereka belum pernah mengunjungi rumah kerabat mereka tersebut sedangkan kerabat mereka sudah sangat sering berkunjung ke kediaman kami maka mau tak mau rencana kepulangan mereka diundur menjadi hari Senin. Semoga mereka berdua selamat sampai ke Jogja dan bisa berkumpul bersama lagi. Mom, Dad, I really miss you
Comments
Post a Comment